Sunday 9 November 2014

Cella' Intong Jagoanku

Inilah dia kuda beruda dua
Kuda tunggangan tercanggih milik kita
Berlari dengan kecepatan sahaja
Memburu waktu alternatif yang ada
Sebuah kendaraan motor roda dua
Buatan pabrik dua windu dulu kala
Buatan pabrik dua windu dulu kala


Meskipun demikian kami mensyukurinya
Nikmat dan karunia yang Alloh berikan
Karna itu adalah hakekatnya amanah
Yang di titipkan oleh Alloh.



Rasululloh tlah mengajarkan kita
Dengan berzuhud terhadap harta dunia
Qonaah dengan segala pemberiannya
Istiqomah napak tilasi jalan surga
Istiqomah napak tilasi jalan surga

………

……….

Setiap kali mendengar lagu zuhud III yang didendangkan Suara persaudaraan dalam album Melodi Rindu Dari Ufuk Kalbu, saya selalu teringat dengan sepeda motor ayah. Sebuah motor butut yang telah banyak berjasa kepada keluarga kami. Saat ini dia butut. tapi dulu dia keren, bahkan pernah menjadi salah satu bintang kampung. Kala motor model terbaru belum menjamur seperti sekarang ini. Ia hadir sebagai salah satu jagoan yang banyak dilirik orang di kampung kami. Sebuah motor Yamaha RS 100 warna merah. Orang-orang  menyebutnya Cella’ Intong artinya merah mencolok. Selain cella’ intong saya juga kadang menyebutnya belalang merah. Motor itu sudah berada di tangan ayah sejak saya di TK Alquran, kakak-kakak saya waktu itu masih SD. Si bungsu malah belum lahir hehe.

Bersama si Cella’ intong inilah ayah berjuang sebagai kepala keluarga mencari penghidupan untuk keluarga. Ke kebun dengan si cella’ intong, ke pasar berdagang juga dengan si cella’ intong. Ketika ayah mulai berdagang, si cella’ intonglah yang paling setia menemani ayah ke ‘kantornya’ di pasar. Tiap hari, pulang balik memikul ton besar yang berisi tumpukan karton barang jualan. Si cella’ intong dengan setia mendampingi ayah merintis usaha dari kecil hingga puncak kesusksesan usahanya. Usia berdagang di pasar ayah ke kebun. Si cella’ intong nggak pernah ketinggalan. Dengan sigap ia mengantar ayah ke ‘kantornya’ yang lain. Dan biasanya ketika pulang kantor ia dengan gagah membawa hasil perkebunan, berkarung-karung cokelat, cengkeh, lada, pisang dan sebagainya Ah sungguh pengorbanan yang luar biasa. Dia hadir  dengan kesetiaan di tengah keluarga kami.

Mirip, tapi bukan Cella' intong yang sebenarnya
Si cella’ intong punya suara khas tersendiri. Suaranya sangat saya hapal, begitu juga dengan adik-adik saya. Dari kejauhan kami sudah bisa menebak bahwa yang datang adalah ayah dengan cella’ intongnya. Sore hari menjelang Magrib tiba saat ayah pulang dari kebun, bila mendengar suara cella’ intong maka segera kami berlari ke tepi jalan, minta dibonceng oleh ayah meskipun jaraknya hanya sepuluh meter. Jaraknya tak jauh, tapi sungguh itu telah cukup membuat kami sumringah bahagia. Hampir setiap hari kami menunggu momen bahagia tersebut. Setiap menjelang magrib kami telah siaga menunggu kedatangan si cella’ intong. Sering pula kami kecolongan. karena asyik bermain, tidak sadar kalau si cella intong telah parkir di kolong rumah. Kecewa.

Seiring perjalanan waktu usia ayah juga semakin senja. Si cella’ intong  masih tetap setia menemani ayah. Ayah tak lagi ke pasar. Hari-hari ayah kebanyakan di kebun, dengan medan sangat berat si cella intong tak  mau menyerah. Meskipun paru-parunya (mesin) mulai tak kuat lagi. sering terbatuk. Tulang punggung sudah tak sekokoh dulu lagi. Mulai rapuh. Lutut (sokbreker) tak selicah dan selentur masa mudanya. Namun Ia tetap dengan bersabar dengan ayah. Ia tak banyak rewel. Saya yakin jika motor jaman sekarang diberi tugas semacam cella’ intong tentu ia akan protes dan tak akan sangggup bertahan lama. Di beberapa medan ia masih sering menyalip para pendatang baru yang bergaya modern. khususnya di pendakian. Orang-orang sering kali memberi jempol kepadanya.

Bagi saya si cella’ intong sudah menjadi bagian dari keluarga. Dengan segala upaya ia terus setia dengan keluarga kami. Hingga usianya yang sangat senja ia tetap ada di tengah-tengah keluarga kami. Bahkan ia pernah memegang rekor motor tua yang mondar-mandir di kampung di tengah menjamurnya motor-motor keren pendatang baru. Si cella’ intong setia memdampingi ayah hingga saya selesai kuliah. Saat ini ayah telah bercucu. Anak-anak dari kakak saya sempat menjadi pelanjut kebiasaan kecil kami dahulu. Belari ke jalan menunggu kedatangan si cella’ intong. Hanya sekedar ingin menumpanginya meskipun hanya beberapa langkah. Di usianya yang sudah sangat tua, Si cella’ intong tetap tampil percaya diri. Ia  mengantar ayah ke berbagai tempat. Ke kampung-kampung tetangga. Ia juga tetap setia mendampingi dai-dai kampung yang ingin menyampaikan caramah ke beberapa tempat. Ia tak pernah mau ketinggalan. menjadi langgganan paling setia Korps Muballigh daerah kami. Si cella’ intong paling sering mendapat tugas wilayah yang sulit. Jika ada medan yang berat, motor pendatang baru enggan menjamahnya maka si cella’ intong yang akan tampil pasang badan ke depan.

Hingga suatu ketika, saya mendapat kabar dari kakak, di rumah ada motor baru. Saya langsung teringat dengan si cella intong, Ada perasaan bahagia dan haru,J.   Artinya si cella intong tidak perlu terlalu kerja  keras lagi. Tapi jadi khwatir jangan-jangan dengan hadir si pendatang baru ia jadi terpinggirkan bahkan ditinggal dan akan segara dikandangkan. Mending kalau di kandangkan, kalau dijual? Ia  tentu akan berpisah dengan kami. Ketika itu, saya langsung menanyakan kabar si cella’ intong. Kata kakak, ia masih sering menemani ayah ke kebun tapi untuk jarak yang lebih jauh si pendatang baru yang mengantar ayah. Huhh, aku cukup lega. Intinya saya hanya ingin memastikan si cella’ intong masih ada di tengah-tengah keluarga kami. dan tidak terdepak karena kedatangan si bebek baru.

Konon, sudah banyak yang datang hendak ‘meminang’ si cella intong. Tapi semua pinangan ditolak. Ayah tidak ingin melepasnya meskipun kondisinya makin hari makin memperihatinkan. Ternyata ayah juga masih sangat cinta dengan si cella’ intong. Kata ayah, motor itu telah banyak berjasa untuk keluarga kita. Ada banyak kenangan bersamanya, Biarkan ia tetap bersama kita. Setidaknya jawaban ayah itu cukup membuat saya lega.

Ketika saya melanjutkan kuliah di negeri orang, tiga tahun berlalu tanpa saya rasa. Hingga suatu musim panas saya dapat rezeki pulang kampung. Salah satu yang saya cari setelah sampai di rumah adalah si cella’ intong. salah seorang keponakan saya datang memberi tahu kalau si cella intong ada dirumahnya dengan kondisi yang sangat memprihatikan. Ia termasuk salah satu pewaris kami yang setia menanti kedatangan si cella’ intong di depan rumah dulu. Kata dia Si cella’ intong telah dipereteli oleh beberapa anak bandel. Beberapa bagian dari bodinya telah dicuri dan dijual satu persatu kepada pembeli besi tua. Tentu saya geram melihat si cella’ intongku dihinakan seperti itu. Kini si cella’ intong terseok lemah tak berdaya lagi. Tampilannya tak utuh. Banyak anggota tubuhnya yang telah hilang. Ia tampak lebih buruk dari bentuknya ketika saya tinggalkan tiga tahun lalu. Sedih.

Tapi meskipun tampilan cella intong tak se’keren’ dulu lagi. dia tetap cella’ intong yang banyak berkorban untuk keluarga kami. Belalang merah pahlawanku. Langkah awal yang saya lakukan adalah mengamankan si cella intong. Ia segera saya musiumkan di gudang. Selanjutkan mewasiatkan untuk tidak dijual kesiapa-siapa. Saya berjanji selesai kuliah nanti si cella’ intong akan segera saya perbaiki dan modif semoga bisa kembali tampil bersaing dengan pendatang baru dunia jalanan kampung..

>>….lanjut lagi nasyidnya…<<

Inilah dia kuda beruda dua
Kuda tunggangan tercanggih milik kita
Berlari dengan kecepatan sahaja
Memburu waktu alternatif yang ada
Sebuah kendaraan motor roda dua
Buatan pabrik dua windu dulu kala
Buatan pabrik dua windu dulu kala

Agar tiada tergelincir dalam lembah nista
Banyaklah harta yang bukan milik kita
Letakkanlah di tangan agar siap di tinggalkan
Tiada menjadi beban dalam kehidupan

Rasululloh tlah mengajarkan kita
Dengan berzuhud terhadap harta dunia
Qonaah dengan segala pemberiannya
Istiqomah napak tilasi jalan surga
Istiqomah napak tilasi jalan surga
Istiqomah napak tilasi jalan surga
Istiqomah napak tilasi jalan surga










Ini beberapa model yang disarankan teman untuk si cella' intong. Dengan senang hati kami menanti bila ada saran lain dari kawan-kawan

No comments:

Post a Comment