Islamic Republic Pakistan. Sebagai negara Islam atau mayoritas penduduknya Muslim, so pasti banyak simbol-simbol Islam dong yang bisa ditemui di Pakistan. Salah satu simbol Islam yang paling mencolok adalah mesjid. Bukan mall tentunya. Nah, ngomongin tentang mesjid di Pakistan. Secara umum hampir sama dengan di Indonesia. Mesjid digunakan untuk sholat, bukan untuk ngegosip. Dan menghadap kiblat (emang ada mesjid yang membelakangi Kiblat?) Terus tersebar di mana-mana. Jadi gak perlu khawatir kesulitan cari mesjid di negeri Zindebad ini. terlebih di ibukota Pakistan, Islamabad. Di setiap sektor ada mesjid. Biasanya mesjid tersebut dibangun berdekatan dengan taman dan markaz atau tempat perbelanjaan.
Meskipun sama-sama mesjid.
Tetap aja ada perbedaan dengan mesjid-mesjid di Indonesia. Nah, apa
perbedaannya? Nih perbedaan yang
pernah aku lihat. Callo, kita kupas satu persatu.
Beratap dan
tidak beratap
Ho ho apa pula maksudnya, beratap dan tidak beratap? kayak teka-teki
aja. Maksudnya masalah
design mesjid, Mesjid di pakistan sedikit lebih ‘unik’. Berbeda degan mesjid di negara kita. Mesjid didesign menjadi dua
bagian. Bagian pertama beratap dan bagian kedua terbuka tanpa atap. Kenapa
demikian? Ini tentunya bukan tanpa alasan. Pakistan negara yang hanya memiliki empat musim. Musim semi, dingin, gugur dan
musim panas, tanpa musim Durian
dan rambutan. Katanya sih, musim panas dan musim dingin yang paling ekstrim.
Nah, inilah fungsi design unik tersebut. Bagian tertutup beratap
digunakan di musim dingin untuk melidungi jamaah sholat dari hawa dingin. Di dalam mesjid juga
biasanya selalu tersedia heater penghangat yang dinyalakan dengan gas. tapi saya sebagai pendatang,
tetap aja sering mengigil kedinginan.
Sementara bagian yang terbuka tanpa atap digunakan dimusim panas. Puncak musim panas kadang hingga 49 derajat. Cukup untuk membuat jamaah bermandi keringat jika sholat dalam ruangan. beberapa mesjid difasiltasi AC atau kipas angin. Tapi, kadang gak di gunakan maklum negara ini masih dilanda krisis energi. Sering loadshading alias mati lampu.
Itu tentang mesjid.
Gimana dengan mushollah? Mushollah juga sama. Ada
yang beratap ada juga yang tidak. Bahkan ada yang dindingnya hanya setinggi lutut. Gak semewah musholah-musholah di
Indonesia tentunya. Bahkan banyak fasilitas public yang tidak menyiapkan mushollah. Entah apa alasannya, Perkiraan konyol saya yang
tidak punya landasan. Mereka gak membangun mushollah mungkin karena belum
punya anggaran pemebangunan mushollah atau mungkin musollah dianggap gak
prioritas.
sebab orang Pakistan bisa sholat di mana aja. Mereka tidak risih asal tempatnya bersih. Dipinggir sungai, bawah pohon, pojok mall, Di pinggir jalan raya sekalipun. Doesn’t matter.
Amiin… pastikan aman
Bila sampean ikut salat jamaah di mesjid kudu
hati-hati. Jangan asal teriak –amin- usai sang imam membaca ayat terakhir surah
Al-fatihah. Bacaan amin hanya dalam hati. Nih pengalaman saya dengan seorang
teman ketika masih awal-awal datang ke Pakistan. Kebetulah waktu itu saya
dengan teman posisinya berdampingan. Karena di negeri tercinta saya terbiasa
mengeraskan amiinn. Ketika sang imam
selesai membaca Alfatihah kami berdua teriak langsung teriak ‘aaammmmm’. Eh.. tapi kok yang lain gak ada yang nyahut?. maka, ‘miiiiinnnn’ sisanya terpaksa kami
lanjutkan dalam hati. Kontan usai sholat kami jadi selebritis dadakan. semua mata
tertuju kepada kami berdua. Merasa terhakimi dalam keluguan. Malu, juga berkelebat perasaan heran. Sepulang dari mesjid saya akhrinya menanyakan ihwal
aneh ini menurut saya kepada salah senior yang waktu itu bersama kami. “Kenapa orang-orang
ngak menjaharkan (mengeraskan) Amiin?” tanya saya. “ni Pakistan bukan
Indonesia, mereka menganut mazhab imam Hanafi. Dalam mazhab Imam Hanafi Amin
gak perlu di jaharkan cukup dalam hati. makanya jangan asal teriak aja” hehe
Hati-hati dengan kaki
Apa pasal dengan
kaki? jika ke mesjid terus kaki terasa pegel, jagan asal selonjor aja. sebab bagi sebagian
besar orang Pakistan, nggak sopan menyelonjorin kaki ke arah kiblat. Maka
jangan heran kalau nanti ada yang negur (mending ditegur, klo dimarahin?? ) jika nyelonjorin kaki ke arah kiblat. Ini adab mereka. Jadi, sebagai seorang tamu sepatutnya
kita menghormati adab orang setempat. Setuju?
Kepala Harus Tertutup
Sebagian mesjid di
Pakistan mengharuskan orang yang ikut salat menggunakan songkok, kopiah atau
surban. Mesjid seperti ini, selalu menyiapkan banyak songkok bagi jamaah yang
datang tanpa
membawa songkok. Songkok for all. Biasanya diletakin dalam keranjang besar dekat pintu
masuk. Tapi songkoknya tidak untuk
dibawa pulang kerumah lho ya!! Saya beberapa kali ditegur
jamaah mesjid karena gak pake songkok. Tapi saya punya senjata pamungkas. ’I am mushafir sir!!’, selalu ada toleransi di balik kata musafir. Sebenarnya sih, yang
saya perhatikan gak mesti menggunakan songkok. Bisa
apa aja, intinya kepala tertutup. Tak ada songkok, topi atau sapu tangan
pun jadi. Saya bahkan sering melihat jamaah solat yang mengikat kepala dengan sapu
tangan. Dari situ saya mengambil kesimpulan bahwa tidak harus kopiah. Boleh
menggunakan penutup kepala apa saja, asal bukan helm. Sebab kalau helm nanti dikira pengendara motor
tersesat.
Iqomat lebih
panjang
Iqomat solat di
mesjid-mesjid Pakistan kebanyakan lebih panjang. Dua kali lebih panjang dari
iqomat solat yang sering di lantungkan di mesjid-mesjid Indonesia. Allahu
Akbar di ulangi empat kami. Asyhadu an laa ilaha illallah dua kali, asyhadu
anna Muhammadar Rasulullah dua kali. Hayya ala sholah dua kali, hayya
alal falah dua kali, Qad qomoti sholah dua kali, Allahu Akbar
dua kali, lailaha illallah. Awalnya saya sempat mengira kalo orang-orang
itu belum tahu iqomat sholat yang benar. Tapi, ternyata sayalah yang gak tahu
kalau seperti itu iqomat dalam mazhab Hanafi.
Mesjid sekaligus Madrasah
Kayaknya yang satu
perlu kita contoh. Di pakistan. mesjid selain dijadikan tempat solat juga
merupakan sarana pendidikan. Bukan sekedar pengajian bulanan atau pekanan. Tapi
juga di jadikan madrasah menghafal Alquran. Mesjid-mesjid itu biasanya menyediakan
asrama dan makan gratis bagi anak kecil, pemuda atau siapa saja yang mau
menghafal. Maka tak heran jika setiap mesjid selalu ramai, karena merupakan tempat mereka untuk menghafal Al
Quran. Madrasah tersebut ada yang dikelola dengan subsidi pemerintah tapi
lebih banyak yang disubsidi oleh masyarakat setempat
atau perseorangan. Nah, hasilnya pun
sangat terasa. Mesjid-mesjid di pakistan
gak perlu repot mencari penghafal untuk memimpin sholat.
Karena hampir
setiap mesjid membina madarsah penghafal Quran. maka tentu tidak mengherankan
kalau marbot mesjid-mesjid di pakistan pun kebanyakan penghafal Quran. Keren
kan? Keren dong. Dalam hal ini kita harus iri. Alangkah senangnya jika imam mesjid
beserta marbotnya juga hafidz Quran.
Keunikaan ini tentunya gak berlaku di semua mesjid. tapi di sebagian besar mesjid beginilah adanya. kalo nggak percaya, kesini dan buktikan sendiri :).. sekian dulu. mari kita cari
keunikan Pakistan yang lain.
No comments:
Post a Comment