Sunday 9 November 2014

'Uniknya' Mesjid Pakistan


Islamic Republic Pakistan. Sebagai negara Islam atau mayoritas penduduknya Muslim, so pasti banyak simbol-simbol Islam dong yang bisa ditemui di Pakistan. Salah satu simbol Islam yang paling mencolok adalah mesjid. Bukan mall tentunya.  Nah, ngomongin  tentang mesjid di Pakistan. Secara umum hampir sama dengan di Indonesia. Mesjid digunakan untuk sholat, bukan untuk ngegosip. Dan  menghadap kiblat (emang ada mesjid yang membelakangi Kiblat?) Terus tersebar di mana-mana. Jadi gak perlu khawatir kesulitan cari mesjid di negeri  Zindebad ini. terlebih di ibukota Pakistan, Islamabad. Di setiap sektor ada mesjid. Biasanya mesjid tersebut dibangun berdekatan dengan taman dan markaz atau tempat perbelanjaan.



Meskipun sama-sama mesjid. Tetap aja ada perbedaan dengan mesjid-mesjid di Indonesia. Nah, apa perbedaannya? Nih perbedaan yang pernah aku lihat.   Callo, kita kupas satu persatu.
 

Beratap dan tidak beratap

Ho ho apa pula maksudnya, beratap dan tidak beratap? kayak teka-teki aja. Maksudnya masalah  design mesjid, Mesjid di pakistan sedikit lebih unik. Berbeda degan mesjid di negara kita. Mesjid didesign menjadi dua bagian. Bagian pertama beratap dan bagian kedua terbuka tanpa atap. Kenapa demikian? Ini tentunya bukan tanpa alasan. Pakistan negara yang hanya memiliki  empat musim. Musim semi, dingin, gugur dan musim panas, tanpa musim Durian dan rambutan. Katanya sih, musim panas dan musim dingin yang paling ekstrim. Nah, inilah fungsi design unik tersebut. Bagian tertutup beratap digunakan di musim dingin untuk melidungi jamaah sholat dari hawa dingin. Di dalam mesjid juga biasanya selalu tersedia heater penghangat yang dinyalakan dengan gas. tapi saya sebagai pendatang, tetap aja sering mengigil kedinginan.



Sementara bagian yang terbuka tanpa atap digunakan dimusim panas. Puncak musim panas kadang hingga 49 derajat. Cukup untuk membuat jamaah bermandi keringat jika sholat dalam ruangan.  beberapa mesjid difasiltasi AC atau kipas angin. Tapi, kadang gak di gunakan maklum negara ini masih dilanda krisis energi. Sering loadshading alias mati lampu.

Itu tentang mesjid. Gimana dengan mushollah? Mushollah juga sama. Ada yang beratap ada juga yang tidak. Bahkan ada yang dindingnya hanya setinggi lutut. Gak semewah musholah-musholah di Indonesia tentunya. Bahkan banyak fasilitas public yang tidak menyiapkan mushollah.  Entah apa alasannya, Perkiraan konyol saya yang tidak punya landasan. Mereka gak membangun mushollah mungkin karena belum punya anggaran pemebangunan mushollah atau mungkin musollah dianggap gak prioritas. sebab orang Pakistan bisa sholat di mana aja. Mereka tidak risih asal tempatnya bersih. Dipinggir sungai, bawah pohon, pojok mall, Di pinggir jalan raya sekalipun. Doesn’t matter.    


Amiin… pastikan aman

Bila sampean ikut salat jamaah di mesjid kudu hati-hati. Jangan asal teriak –amin- usai sang imam membaca ayat terakhir surah Al-fatihah. Bacaan amin hanya dalam hati. Nih pengalaman saya dengan seorang teman ketika masih awal-awal datang ke Pakistan. Kebetulah waktu itu saya dengan teman posisinya berdampingan. Karena di negeri tercinta saya terbiasa mengeraskan amiinn. Ketika sang imam selesai membaca Alfatihah kami berdua teriak langsung teriak aaammmmm. Eh.. tapi kok yang lain gak ada yang nyahut?. maka, miiiiinnnn sisanya terpaksa kami lanjutkan dalam hati. Kontan usai sholat kami jadi selebritis dadakan. semua mata tertuju kepada kami berdua. Merasa terhakimi dalam keluguan. Malu, juga berkelebat perasaan heran. Sepulang dari mesjid saya akhrinya menanyakan ihwal aneh ini menurut saya kepada salah senior yang  waktu itu bersama kami. “Kenapa orang-orang ngak menjaharkan (mengeraskan) Amiin?” tanya saya. “ni Pakistan bukan Indonesia, mereka menganut mazhab imam Hanafi. Dalam mazhab Imam Hanafi Amin gak perlu di jaharkan cukup dalam hati. makanya jangan asal teriak aja” hehe


Hati-hati dengan kaki

Apa pasal dengan kaki? jika ke mesjid terus kaki terasa pegel, jagan asal selonjor aja. sebab bagi sebagian besar orang Pakistan, nggak sopan menyelonjorin kaki ke arah kiblat. Maka jangan heran kalau nanti ada yang negur (mending ditegur, klo dimarahin?? ) jika nyelonjorin kaki ke arah kiblat. Ini adab mereka. Jadi, sebagai seorang tamu sepatutnya kita menghormati adab orang setempat. Setuju?                         


Kepala Harus Tertutup

Sebagian mesjid di Pakistan mengharuskan orang yang ikut salat menggunakan songkok, kopiah atau surban. Mesjid seperti ini, selalu menyiapkan banyak songkok bagi jamaah yang datang tanpa membawa songkok. Songkok for all. Biasanya diletakin dalam keranjang besar  dekat pintu masuk. Tapi songkoknya tidak untuk dibawa pulang kerumah lho ya!! Saya beberapa kali ditegur jamaah mesjid karena gak pake songkok. Tapi saya punya senjata pamungkas. ’I am mushafir sir!!’, selalu ada toleransi di balik kata musafir. Sebenarnya sih, yang saya perhatikan gak mesti menggunakan songkok. Bisa  apa aja, intinya kepala tertutup. Tak ada songkok, topi atau sapu tangan pun jadi. Saya bahkan sering melihat jamaah solat yang mengikat kepala dengan sapu tangan. Dari situ saya mengambil kesimpulan bahwa tidak harus kopiah. Boleh menggunakan penutup kepala apa saja, asal bukan helm. Sebab kalau helm nanti dikira pengendara motor tersesat.


Iqomat lebih panjang

Iqomat solat di mesjid-mesjid Pakistan kebanyakan lebih panjang. Dua kali lebih panjang dari iqomat solat yang sering di lantungkan di mesjid-mesjid Indonesia. Allahu Akbar di ulangi empat kami. Asyhadu an laa ilaha illallah dua kali, asyhadu anna Muhammadar Rasulullah dua kali. Hayya ala sholah dua kali, hayya alal falah dua kali, Qad qomoti sholah dua kali, Allahu Akbar dua kali, lailaha illallah. Awalnya saya sempat mengira kalo orang-orang itu belum tahu iqomat sholat yang benar. Tapi, ternyata sayalah yang gak tahu kalau seperti itu iqomat dalam mazhab Hanafi.


Mesjid sekaligus Madrasah

Kayaknya yang satu perlu kita contoh. Di pakistan. mesjid selain dijadikan tempat solat juga merupakan sarana pendidikan. Bukan sekedar pengajian bulanan atau pekanan. Tapi juga di jadikan madrasah menghafal Alquran. Mesjid-mesjid itu biasanya menyediakan asrama dan makan gratis bagi anak kecil, pemuda atau siapa saja yang mau menghafal. Maka tak heran jika setiap mesjid  selalu ramai,  karena  merupakan tempat mereka untuk menghafal Al Quran. Madrasah tersebut ada yang dikelola dengan subsidi pemerintah  tapi lebih banyak yang  disubsidi oleh masyarakat setempat atau perseorangan. Nah,  hasilnya pun sangat terasa. Mesjid-mesjid  di pakistan gak perlu repot mencari penghafal untuk memimpin sholat.


Marbotnya penghafal Quran

Karena hampir setiap mesjid membina madarsah penghafal Quran. maka tentu tidak mengherankan kalau marbot mesjid-mesjid di pakistan pun kebanyakan penghafal Quran. Keren kan?  Keren dong. Dalam hal ini kita harus iri. Alangkah senangnya jika imam mesjid beserta marbotnya juga hafidz Quran.


Keunikaan ini tentunya gak berlaku di semua mesjid. tapi di sebagian besar mesjid beginilah adanya. kalo nggak percaya, kesini dan buktikan sendiri :).. sekian dulu.  mari kita cari keunikan Pakistan yang lain.

No comments:

Post a Comment