Tanggal 10 November 1945, peristiwa arek-arek Suroboyo yang kemudian dikenal oleh bangsa Indonesia sebagai hari pahlwan menyimpan berjuta cerita. Bagi rakyat Indonesia 10 November merupakan hari bersejarah yang tak mungkin terlupakan. Tentara dan pemuda bahu membahu dalam pertempuran sengit melawan Belanda dan Sekutu. Sebagai pembuktian kepada dunia, Indonesia negara merdeka. Pantang untuk ditindas.
Namun ada sisi lain
dari perjuangan membela tanah air ini yang tidak banyak diketaui oleh
masyarakat kita. Seperti dukungan Negara lain terhadap perjuagan kemerdekaan.
Diantara Negara yang memberikan mendukung kemerdekaan Indonesia ialah
Palestina, Mesir dan Pakistan. Pakistan bahkan punya cerita tersendiri dalam
mendukung kemerdekaan bangsa Indonesia.
Peristiwa ini berawal
ketika Belanda dan atau yang dikenal dengan
NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dengan dalih hendak mengusir penjajah Jepang,
Belanda menggandeng pasukan sekutu Inggris yang di dalamnya ada pasukan India,
kembali ingin menancapkan kuku kolonialismenya di Indonesia.
Pada tanggal 6 dan 9
Agustus 1945 Amerika sukses menjatuhkan bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki. Hal itu memaksa Jepang bertekuk lutut tanggal
25 September 1945. Pasukan sekutu Ingris-india
ditugaskan untuk melucuti senjata
pasukan Jepang.
Tiga brigade Pasukan
Muslim yang tergabung dalam pasukan Sekutu asal India didaratkan di wilayah yang dikuasai Belanda
di pulau Jawa. Brigade I mendarat di Jakarta, Brigade 38 di Semarang, dan
Brigade 49 di Surabaya. Divisi 32 Brigade I yang dipimpin oleh Abdul Matin dan
Ghulam Ali mendapat perintah untuk
menahan pasukan Jepang serta melucuti senjata mereka. Selain itu, mereka juga
mendapat perintah untuk menyita senjata para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Tentara Muslim dari sekutu menolak menyita senjata para pejuang dengan alasan akan
merugikan pihak Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaannya.
Ghulam Ali dan
pasukannya bahkan pernah membongkar gudang pakaian dan makanan untuk
distribusikan kepada masyarakat Indonesia yang saat itu kesulitan bahan makanan
akibat perang. Mereka juga melakukan palayanan medis kepada rakyat Indonesia
yang menderita beragam penyakit.
Dengan sangat rahasia,
tanpa diketahui oleh komandan sukutu Inggris, Ghulam Rasul bersama tujuh orang
rekannya melakukan pertemuan dengan para komandan tentara Republik Indonesia
dari divisi Siliwangi. “Assalamu alaikum’ adalah sandi mereka dalam pertemuan
rahasia ini.
Gencarnya perlawanan
pemuda pejuang kemerdekaan dan menyadari
Selain itu, Mohammad
Ali Jinnah, ketua Liga Muslim India dan pendiri negara Pakistan, terus
melakukan penggalangan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia. pihaknya juga
menyerukan kepada seluruh Muslim di anak
benua India untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan segala
upaya.
Di lapangan pasukan
Muslim menemukan bahwa mereka ditugaskan bukan untuk memerangi penjajah Jepang,
tapi justru memperkuat posisi NICA dalam menekan pejuang-pejuang Indonesia. Tentara muslim juga dilarang mendengarkan
radio atau bergaul dengan penduduk lokal, namun larangan itu tidak dihiraukan. Mereka
sering mendengarkan pidato Maulana Abul Kalam Azad dan Muhammad Ali Jinnah yang
mendukung kemerdekaan Indonesia dan memerintahkan untuk memerangi penjajah.
puncaknya pada tahun
1945 kasus terbunuhnya Jendral Mallaby. Maj.Gen.R.C.Mansergh yang menggantikan Mallaby
menyerahkan 2 surat kepada Gubernur Suryo di Surabaya. Yang pertama
berupa ultimatum yang ditujukan kepada seluruh warga Inonesia di Surabaya
lengkap dengan Instruksinya. Yang kedua merupakan penjelasan atau rincian dari
ultimatum tersebut.
Isi ultimatum lalu
disebarkan dalam bentuk pamflet melalui pesawat udara pada 9 November pukul
14.00, yang intinya meminta kepada para pejuang untuk menyerahkan senjata.
Seluruh pemimpin bangsa Indonesia termasuk pemimpin-pemimpin Gerakan Pemuda,
Kepala Polisi dan Kepala Radio Surabaya harus melapor ke Batavia pada 9
November jam 18.00. Tak hanya menyerah tapi mereka harus datang berbaris satu
persatu dan menyerahkan senjata dengan tangan terangkat ke atas kepala. selanjutnya
harus siap untuk menandatangani dokumen menyerah tanpa syarat.
Tentu saja ultimatum
bodoh itu tidak diindahkan oleh para pejuang. Bung Tomo meyerukan kepada
masyarakat dan para pemuda untuk mengangkat senjata yang ada dan bersiap untuk
bertempur hingga titik darah penghabisan. Pekik takbir menggema memenuhi langit
Surabaya. Tentara, pemuda, penduduk Surabaya siap tempur.
Inggris menepati
ultimatumnya, pukul 06.00 mereka melancarkan serangan bom dan tembakan
meriam-meriam kapal. Serangan dahsyat yang berlasung sehari itu berhasi mengenai
tempat-tempat penting di Surabaya. Pemboman dari darat, laut dan udara ini
diselingi dengan tembakan-tembakan senapan-mesin yang dilancarkan oleh pesawat
pemburu, sehingga mengakibatkan jatuhnya ribuan korban. Residen dan Walikota
segera memerintahkan pengungsian semua wanita dan anak-anak ke luar kota.
India yang tergabung
dalam pasukan sekutu terlibat dalam pertempuran. Resimen Gurka adalah bagian
dari kekuatan india yang terdiri dari Sikh, Jat dan Marhatas serta Muslim.
Prajurit Muslim kebanyakan datang dari wilayah barat India yang kemudian hari
menjadi Negara sendiri, Pakistan. Saat pertempuran pecah tentara muslim keluar
dari barisan sekutu dan bergabung dengan pejuang kemerdekaan Indonesia.
Di antara para prajurit
terkemuka yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan ini adalah Lance Naik Mir
Khan, Gilmar Bani, Muhammad Yakub, Umar Din, Ghulam Rasul, Ghulam Ali, Mayor
Abdul Sattar, Muhammad Sidik, Muhammad Khan, Fazul dan Senjah Fazul Din. Bahkan
Mayor Ziaul-Haq yang kemudian menjadi Presiden Pakistan juga di antara para
pejuang tersebut.
Dari 600 prajurit
Muslim, 500 prajurit diantaranya gugur di dalam pertempuran
di Surabaya. 100 orang prajurit yang tersisa, sebagian kembali ke negara mereka
dan sebagian menikah dengan wanita pribumi lalu tinggal di Indonesia. Prajurit
itu kebanyakan datang dari wilayah Jhelum, Gojar Khan and Rawalpindi.
Pembangkangan 600
prajurit Muslim ini kemudian dianggap oleh pemerintah Inggris sebagai
penghianatan. Pengadilan militer sukutu di Singapura kemudian menjatuhkan
hukuman mati kepada 600 pesukan muslim yang ‘menghianat’ tersebut.
Dalam kesempatan lain.
pada tahun 1947. Beberapa minggu sebelum Pakistan memproklamirkan
kemerdekaannya pendiri Negara Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah memerintahkan pemenahanan
pesawat Belanda yang yang transit di bandara Karachi. Pesawat tersebut mengangkut
artileri dan tentara yang didatangkan untuk memperkuat posisi Belanda di
Indonesia. Menteri Luar Negeri Pakistan Sir Zafarullah Khan, segera
melaksanakan perintah penahanan. Ia mengatakan bahwa tindakan Belanda adalah
sebuah penghinaan terhadap jiwa Asia.
Dalam kunjungan kenegaraan
pada Tahun 1963 ke Karachi, Presiden Sukarno memberi medali penghargaan kepada
prajurit Pakistan yang terlibat dalam pertempuran 10 November 1945 diantara
yang adalah Ghulam Ali dan Mohammad Shodiq.
Di lain waktu Indonesia
juga pernah memainkan peran yang sangat luar biasa yang sulit dilupa oleh
masyarakat Pakistan. Tahun 1965 Ketika peristiwa
G-30S PKI masih jelas berbekas di ingatan masyarakat Indonesia. dibelahan dunia
lain Pakistan dan India sedang terlibat perang. Pakistan akhirnya meminta
bantuan kepada Indonesia. Sebagai Negara sahabat Indonesia segera merespon
permintaan tersebut. 17 Oktober 1965,Dua kapal selam Indonesia segera
diberangkatkan. kapal selam Nagarangsang di bawah komandan Kapten Pelaut Basuki
dan Kapal Selam Bramasta di bawah komando Kapten Pelaut Jasin Sudirdjo.
Demi menjaga kerahasiaan,
kedua Kapal selam tersebut hanya diperintahkan secara lisan untuk menuju
Karachi menyusul Gugus Tugas X dua kapal roket cepat ALRI serta sejumlah
prajurit KKI (Marinir TNI AL) yang telah siaga di Chitagong, Pakistan Timur
(saat ini Bangladesh). Bahkan prajurit dalam KS pun tidak beritahu. Ikut pula
dalam dalam KS Nagarangsang Mayor Malik dan Kapten Senior M Sultan di RI
Bramasta dua perwira itu dari angkatan
laut Pakistan datang sebagai utusan untuk menyampaikan permintaan bantuan.
Kelak Mayor Malik menjadi Panglima angkatan laut Pakistan sedang Kapten Senior
M Sultan menjadi panglima angkatan laut Bangladesh.
Selain itu, beberapa pesawat tempur Mig-19 AURI juga
dipinjamkan kepada Pakistan untuk memperkuat armada udara mereka.
Cerita heroik ini masih
sangat berbekas di ingatan masyarakat Pakistan. Khususnya kalangan orang tua. Ketika
saya menceritakan hal ini kepada bapak Salaman Taj salah salah seorang jamaah
mesjid dekat rumah kontrakan yang juga seorang mantan angkatan laut Pakistan
yang pernah berkunjung ke pangkalan laut Indonesia di Surabaya di era Presiden Sukarno,
beliau membenarkn kisah heroik tersebut. Saya sebagai mantan angkatan laut
sangat bangga dengan mantan presiden Ahmad Sukarno. Ujarnya.
sumber :
- Indian Muslim soldiers: heroic role in Indonesia’s liberation. By AG Khan, The Milli Gazette. Published Online: May 12, 2012
- Pakistan institute of legislative development and Trasparancy (PILDAT), Civil-military in Indonesia lesson for Pakistan on parliamentary Oversight of the defence sector. Published 2009
- Todays’ newspaper Zafar Alam Sarwar Monday, January 04, 2010
- M. Ikram Rabbani, introduction to Pakistani studies. Caravan book house, lahore. 2002
- http://defence.pk/threads/history-of-indonesia-pakistan-relationship.225567/
- http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/religi-nusantara/15/11/20/nxkuit385-zia-ul-haq-dan-kenangan-pertempuran-10-november-surabaya
Mantaaaaaaap
ReplyDelete