Kalau layar TV Indonesia
rame ngiklankan motor metic atau moge, Layar TV Pakistan justru setia dengan iklan motor
70 CC model Jadul 80an indonesia. Jadi
teringat motor butut ayah di rumah. Si jagoan cella intong. Sempat bertanya-tanya kok masih ramai aja orang yang mau memelihara si jadul kayak gini. Cek percek, Eh.. ternyata, Itulah model terbarunya Pakistan. Adanya, ya begitu.
Saya pernah diskusi dengan salah seorang kawan Pakistan terkait model jadul motor di negaranya. Kenapa gak ngiutin India, China Thailand atau
Indonesia. Kenapa gak ada model motor bebek atau metic kayak di negara kita.
Biar keren gitu? Kata teman,
di Pakistan perempuan gak boleh bawa
motor. Makanya semua model didesain untuk laki-laki, bebek dan metic itu model
untuk perempuan. Bagi masyarakat
Indoensia, model motor kami gak keren. Tapi bagi kami, kalian laki-laki Indonesia gak keren.
Laki-laki kok bawanya motor cewek.
Kebanyakan motor di negari
ini berkekutan 70 CC. Jauh banget kan tentunya dengan
motor di Indoensia. Ada sih 100 CC, 125 CC. saat ini mulai marak 150 CC.
Tapi jangan salah, meski 70 CC ternyata motor-motor itu
kekuatannya lumayan Joss.. Di Indonesia, Saya gak yakin orang—orang berani make meticnya untuk derek blue birt yang mogok. Tapi disini
beberapa kali saya menyaksikan motor 70CC menderek taksi yang macet di tengah jalan. entah karena kehabisan bensin atau akibat kerusakan
mesin.
Masalah harga motor tentu jauh lebih murah, namanya juga 70 CC.
Dengan harga 20.000 rupess atau sekitar 2 juta rupiah sudah bisa
memiliki motor bekas dengan mesin yang lumayan bagus lengkap dengan
dokumen-dokumennya. Karena harganya yang cukup tejangkau ini, makanya hampir
semua mahasiswa laki-laki Indonesia memiliki motor. Jadul-jadul tapi digemari.
Di negeri Ali Jinnah ini
gak usah terlalu khawatir gak
punya SIM bermotor. Peraturan SIM ada,
tapi tidak seketat Indonesia,
apalagi bagi kita pelajar. hampir semua
mahasiswa Indonesia tidak memiliki SIM Pakistan atau SIM internasional tapi masih bebas melenggang kesana
kemari.
Saya beberpa kali di
berhentikan oleh polisi lalu lintas Pakistan. Biasanya mereka hanya menanyakan
surat motor dan indentias
pengenal. jarang mereka menanyakan SIM. Pernah diminta SIM. Saya katakan, saya mahasiswa asing gak tau apakah SIM wajib bagi kami atau tidak. Dengan begitu saya diloloskan. Pernah juga bapak polisnya ngotot minta SIM, akhirnya saya tunjukin SIM indonesia.
Ketika melihat SIM saya, bapak polisinya hanya senyum-senyum. Gak paham kali. Setelah itu dipersilahkan pergi. Selama berkendara di Pakistan saya
belum pernah dipermasalahkan oleh polisi Pakistan hanya karena tidak membawa SIM. Alhmadulillah. Biasanya bermaslah karena nerobos lampu merah atau melanggar rambu. Hehe, itu salah sih dan patut dihukum.
Selain peraturan SIM, peraturan berboncegan juga tidak terlalu ketat.
Polisi sering kali tidak mempermasalah pengendara motor yang Cenglu. Tidak
jarang yang cengpat sampai
cengma. Ada yang bahkan boncengan hingga mengendaranya duduk di tanki motor.
Mungkin kalau masih ada space kosong, akan ia isi dengan
penumpang. Saya sih gak permasalain mau boncengan berapa, bahaya atau ngak. Cuma kasian aja, motor 70 cc dizolimi lima orang.
Begitu halnya masalah
Helm. Peraturan helm sangat longgar. Pengendara paling depan pake helm, itu dah cukup. Gak
harus semua penumpang. Gak kebayang juga
repotnya kalau satu motor lima orang semua semaunya harus pake helm. Helm
tengkorak pula.
Terus, helm apa aja gak masalah. Mau helm pekerja bangunan, helm
kriket, helm sepeda, helm pecah, no
Promblem. Gak pake SNI- SNIan atau SNP-SNPan, gak ada standar nasional Pakistan. Ya.. adanya helm stadar sesuka hati. Intinya
ada yang nutup kepala asal bukan panci masak aja. (meskipun ternyata koran di lahore pernah memberitakan seorang pengendara yang mengganti helm dengan panci, oknum:).)
Nah, kalau di Indonesia ada komunitas nebeng, di sini banyak juga
tebeng-tebengan. Cuma buka komunitas. Bukan sesuatu yang tabu meminta tumpangan kepada pengendara ke arah yang sama. Saya pernah beripikir
hanya orang-orang yang tidak mampu membayar ongkos kendaraan umum yang mencari
tumpangan. Ternyata tidak, saya beberapa kali ditebengin pegawai istansi
pemenrintahan yang posisinya sudah lumayan tinggi. Bahkan bapak-bapak polisi pun banyak yang minta tumpangan ke pengadara motor atau mobil pribadi yang kebetulan
menuju arah yang sama.Eits.. meski demikian, tetap kudu hati-hati. Harus jelih memilih penumpang, sebab kadang ada penumpang yang jail. Dan
pastinya pengendara motor gak boleh ngambil penumpang perempuan. Bisa berabe
urusannya.
Yang sedikit agak repot,
gak tersedianya penjual bensin eceran. Bensin hanya bisa dibeli di Pom bensin.
Makanya sebelum keluar harus mastiin ketersediaan bensin. Syukur-syukur kalau indicator bensin motor
masih berfungsi. Jika tidak, harus cilingak cilinguk tangki bensin sebelum
jalan. Pokoknya, Jangan samapai kehabisan di
tengah jalan. resikonya bisa dorong
motor. Kalau di Islamabad sih, setiap sektor pasti ada pom bensin. Tinggal pandai-pandai nyari jalan pintas ke pom bensin
terdekat biar gak kecapean dorong
motor. Solusi lain, bisa minta bensin ke pengendara motor
yang lewat. Tinggal lambaikan tangan
lalu minta bensinnya. Gak usah risih. Ini dah common kok di Pakistan.
Saya pernah kehabisan bensin di jalan. karena masih baru dan belum terbiasa minta bensin ke orang akhirnya saya bela-belain mendorong. Tapi, ada aja orang baik yang nawarin bensin. Minamal bisa membantu hingga ke pomp bensin. Di lain waktu, apes tak bisa ditolak. Akibat lupa ngecek persediaan bensin di tanki motor akhirnya kehabisan bensin di tengah jalan. Tiba-tiba seorang pemuda yang tidak saya kenal berhenti. Ia tidak menawarin bensin, tapi nawarin derek motor saya. kebetulan motor dia juga kekurangan bensin. Jadilah motor saya di derek hingga ke pomp bensin yang jaraknya masih satu kiloan. Kebaikan-kebaikan sepert ini i banyak ditemukan saat mengalami kendala berkendara di negeri Zindebad ini.
No comments:
Post a Comment