Wednesday 7 September 2016

Menelusuri Jejak Sejarah Masjid Tua di Tepi Waduk.

Iring-iringan bus yang mengangkut rombongan peserta trip mahasiswa semester enam IIUI berhenti di tepi waduk. Khanpur Dam begitu masyarakat menyebutnya. Sekitar  40 km dari ibu kota Islamabad.
Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan pemandangan waduk. Kalau sekedar waduk, di Indonesia jauh lebih banyak. Saya dan seorang teman dari Filipina memilih mencari tempat duduk sembari menyeruput chai. Beberapa saat kemudian salah seorang teman asal Pakistan datang. Ia  mengajak menyeberang waduk. “di seberang sana ada masjid tua” begitu ujarnya.

Perjalanan ke seberang waduk butuh waktu sekitar 10 menit dengan perahu, karena kami rombongan, setiap orang hanya merogoh kocek 30 rupess. Selain perahu, mesjid tua itu juga bisa dicapai dengan mobil, mengambil jalur mengitari waduk setelah itu berjalan sekitar 10 menit melewati tanah lapang.
Dari tengah waduk, masjid tua tampak samar tegak sendiri tertutup alang-alang. Tak  tampak ada bangunan lain di sekitarnya, hanya ada padang rumput.
Setiba di tepi, barulah terlihat terang dua menara masjid. Tampak jelas masjid itu kumuh, kotor tak terurus.  Tembok pagar banyak yang roboh, di tangga masuk  area masjid, sampah plastik dan dedaunan berserakan. Pemandangan tak terurus semakin jelas ketika memasuki area masjid. Rumput yang meninggi memenuhi sudut halaman begitupun sampah dan kotoran ternak bertumpuk di basement masjid. Dinding bangunan ditumbuhi lumut sementara kuba menaranya menjadi sarang burung.
Tak ada papan nama masjid. yang ada hanya beberapa kuburan tua dekat pagar tembok dan pintu gerbang yang tak pernah terkunci. Pemandagan memilukan ini kemudian mendorong rasa penasaran saya untuk tau banyak terkait masjid yang ditinggalkan itu.
Dari beberapa sumber bacaan dan diskusi dengan orang Pakistan, saya akhirnya tau masjid itu dikenal dengan nama Masjid Rajghan. Masjid yang dibangun pada tahun 1872 M oleh sultan Raja Sultan Jehandad Khan Gakkar penguasa dan pendiri perkampungan Khanpur.
Abad 19 Masehi, masjid ini menjadi pusat ibadah dan pendidikan penduduk Khanpur. Konon dalam pembangunan masjid, Sultan Jahandad Khan mengundang arsitek muslim dari Delhi. Makanya corak masjid sangat kental dengan arsitektur masjid tua subcontinent dengan pahatan batu hitam yang didatangkan dari Leppa Loire Kashmir. Adapun batu bata dinding pembatas antara ruang utama dan ruang depan sebagian didatangkan dari india dan  Taxila. Dua  menara besar dan dua menara kecil menjadi penghias masjid dengan kapasistas seribu orang jamaah itu.
Empat pintu masuk Masjid Rajghan merupakan replika Masjid Jami’ New Delhi yang dibangun oleh raja dinasti Mughal, Shah Jahan.
Kurangnya perhatian menjadikan masjid yang dulunya sangat terkenal itu menjadi rusak parah, kaligrafi dinding tak lagi menampakkan keindahanya, ia bahkan telah menjelma menjadi sebuah goresan tanpa makna di dinding dan atap yang lembab. Ukiran kayu pintu dan jendelanya rusak, sebagian telah hilang dicuriorang.
Reruntuhan kamar mandi imam masih tersisa. Yang lebih memprihatinkan, basement masjid dijadikan kandang hewan gembalaan oleh penduduk sekitar waduk ketika musim hujan tiba dan meninggalkan kotoran ternak mereka.
Sejak didirikan dua abad lalu, Masjid Rajghan menjadi kebanggaan masyarakat setempat hingga tahun 1970an. Ketika pemerintan memulai proyek pembangunan waduk untuk memenuhi suplai air bagi masyarakat di Rawalpindi dan Islamabad, seluruh masyarakat perkampugan Khanpur  'dipaksa' pindah ke perkmpungan Khanpur baru dan dibangunkan masjid baru. Banyak bangunan bersejarah yang akhirnya menjadi korban. Termasuk  istana megah sultan Jahandad Khan.
Masjid Rajghan tak lagi menjadi menjadi tempat ibadah hari-hari muslim setempat. Ia yang dulunya megah dan merupakan kebanggan masyarakat Khanpur, kini tak ubahnya seorang jempo terseok lemah yang hanya mampu menunggu belas kasihan dari pemerintah khususnya Departemen Arkeology provinsi Khaiber Pukhtunkhwa
Agar gurat keagungan masjid tidak benar-benar pupus dari benak masyarakat. Ummat Islam setempat masih menggunakannya saat penyelenggaraan solat eid, baik Eidul Fitri ataupun Eidul Adha. Bagi saya, meski terbengkalai Khanpur dan Masjid Rajghannya tetap memiliki daya tarik untuk dikunjungi bagi pecinta sejarah lokal.
Tak banyak waktu yang kami habiskan di Khanpur Dam, tapi setidaknya kunjungan singkat itu memberikan kesan mendalam dalam kunjungan saya. Selanjutnya bus kami bergerak ke Abothabat untuk mengunjungi beberpa peninggalan sejarah lainnya.

No comments:

Post a Comment