Iring-iringan
bus yang mengangkut rombongan peserta trip mahasiswa semester enam IIUI berhenti di tepi waduk. Khanpur Dam begitu masyarakat
menyebutnya. Sekitar 40 km dari ibu kota
Islamabad.
Awalnya
saya tidak begitu tertarik dengan pemandangan waduk. Kalau sekedar waduk, di
Indonesia jauh lebih banyak. Saya dan seorang teman dari Filipina memilih
mencari tempat duduk sembari menyeruput chai. Beberapa saat kemudian salah seorang teman asal Pakistan datang. Ia mengajak
menyeberang waduk. “di seberang sana ada masjid tua” begitu ujarnya.
Perjalanan
ke seberang waduk butuh waktu sekitar 10 menit dengan perahu, karena kami rombongan,
setiap orang hanya merogoh kocek 30 rupess. Selain perahu, mesjid tua itu juga bisa
dicapai dengan mobil, mengambil jalur mengitari waduk setelah itu berjalan sekitar 10 menit melewati tanah
lapang.
Dari
tengah waduk, masjid tua tampak samar tegak sendiri tertutup alang-alang. Tak tampak ada bangunan lain
di sekitarnya, hanya ada padang rumput.
Setiba
di tepi, barulah terlihat terang dua menara masjid. Tampak
jelas masjid itu kumuh,
kotor tak terurus. Tembok pagar banyak yang roboh, di
tangga masuk area
masjid, sampah plastik dan dedaunan berserakan.
Pemandangan tak terurus semakin
jelas ketika memasuki area masjid. Rumput yang meninggi memenuhi sudut halaman
begitupun sampah dan kotoran ternak bertumpuk di basement masjid. Dinding bangunan
ditumbuhi lumut sementara kuba menaranya menjadi sarang burung.
Tak
ada papan nama masjid. yang ada hanya beberapa kuburan tua dekat pagar tembok
dan pintu gerbang yang tak pernah terkunci. Pemandagan memilukan ini kemudian mendorong rasa
penasaran saya untuk tau banyak terkait masjid yang ditinggalkan itu.
Dari
beberapa sumber bacaan dan diskusi dengan orang Pakistan, saya akhirnya tau masjid itu dikenal dengan nama Masjid Rajghan. Masjid yang dibangun pada tahun 1872 M
oleh sultan Raja Sultan Jehandad Khan Gakkar penguasa dan pendiri perkampungan
Khanpur.
Abad
19 Masehi,
masjid ini menjadi pusat ibadah dan pendidikan penduduk Khanpur. Konon dalam
pembangunan masjid, Sultan Jahandad Khan mengundang arsitek muslim dari Delhi. Makanya
corak masjid sangat kental
dengan arsitektur masjid tua subcontinent dengan pahatan batu hitam yang didatangkan
dari Leppa Loire Kashmir. Adapun batu bata dinding pembatas antara ruang utama dan ruang depan sebagian didatangkan dari india dan Taxila. Dua menara besar dan dua menara kecil menjadi
penghias masjid dengan kapasistas
seribu orang jamaah itu.
Empat
pintu masuk Masjid Rajghan merupakan replika Masjid Jami’ New Delhi yang
dibangun oleh raja dinasti Mughal, Shah Jahan.
Kurangnya
perhatian menjadikan masjid yang dulunya sangat terkenal itu menjadi rusak
parah, kaligrafi dinding tak lagi menampakkan keindahanya, ia bahkan telah
menjelma menjadi sebuah goresan tanpa makna di dinding dan atap yang lembab. Ukiran
kayu pintu dan jendelanya rusak, sebagian telah hilang dicuriorang.
Reruntuhan
kamar mandi imam masih tersisa. Yang lebih memprihatinkan, basement masjid dijadikan
kandang hewan gembalaan oleh penduduk sekitar waduk ketika musim hujan tiba dan
meninggalkan kotoran ternak mereka.
Sejak
didirikan dua abad lalu, Masjid Rajghan menjadi kebanggaan
masyarakat setempat hingga tahun
1970an. Ketika pemerintan memulai proyek pembangunan waduk untuk memenuhi
suplai air bagi masyarakat di Rawalpindi dan Islamabad, seluruh masyarakat
perkampugan Khanpur 'dipaksa' pindah ke
perkmpungan Khanpur baru dan dibangunkan masjid baru. Banyak bangunan
bersejarah yang akhirnya menjadi korban. Termasuk istana
megah sultan Jahandad Khan.
Masjid
Rajghan tak lagi menjadi menjadi tempat ibadah hari-hari muslim setempat. Ia
yang dulunya megah dan merupakan kebanggan masyarakat Khanpur, kini tak
ubahnya seorang jempo terseok lemah yang hanya mampu menunggu belas kasihan
dari pemerintah khususnya Departemen Arkeology provinsi Khaiber Pukhtunkhwa
Agar gurat keagungan masjid tidak benar-benar pupus dari
benak masyarakat. Ummat Islam setempat masih menggunakannya saat
penyelenggaraan solat eid, baik Eidul Fitri ataupun Eidul Adha. Bagi saya, meski
terbengkalai Khanpur dan Masjid Rajghannya tetap memiliki daya tarik untuk dikunjungi
bagi pecinta sejarah lokal.
Tak
banyak waktu yang kami habiskan di Khanpur Dam, tapi setidaknya
kunjungan singkat itu memberikan kesan mendalam dalam kunjungan saya.
Selanjutnya bus kami bergerak ke Abothabat untuk mengunjungi beberpa
peninggalan sejarah lainnya.
No comments:
Post a Comment