Monday 1 April 2013

Disaat Galau Melanda




Pada suatu saat dalam hidup kita, setiap orang pasti mengalami beragam perasaan. ada senang ada susah. Kadang bahagia kadang sedih. Ada ceria ada galau. Setiap macam perasaan ini silih berganti mengisi ruang hidup seseorang. Tak seorang pun yang menjalani hidup dengan satu rasa saja. Senang terus atau sedih terus. Disaat tertentu ia akan merasakan kebahagiaan dan di lain waktu merasai kesedihan. Suatu masa ia senang dimasa lain ia susah dan galau. Sebagaimana halnya iman kadang meningkat kadang menurun begitulah perasaan yang kita alami.
Sadang perasaan senang, semua terlihat cerah dan indah. ada gairah ada semngat. semua orang mampu menikmati kondisi tersebut. Permasalahnnya, adalah ketika galau datang melanda. Perasaan yang tak menentu membuat hati bimbang. Semakin besar kegalauan maka semain besar pula pengaruhnya. Dampaknya bisa sampai kepada penampilan wajah yang muram, lesu tak bersemangat, gairah menjadi lemah. Lebih dari itu dampaknya bisa merembet semakin luas. Nafsu makan berkurang. Tidur pun tak bisa. Makin lama lagi makin besarlah  keburukan yang ditimbulkannya, terlebih bagi seorang ikhwa atau akhwat yang berkecimpung dalam dunia dakwah. Akan banyak tugas dakwah yang terbengkalai dengan bersararang penyakit galau ini dalam hati. Bila tidak segera diobati penyakit ini akan semakin merajalela dan menghambat kelancaran kerja dakwah.
Penyakit galau melanda perasaan dan perasaan erat kaitannya dengan hati. Kejerniahan hati akan melahirkan kejernihan perasaan dan sebaliknya hati yang berkabut akan menutup carahnya perasaan. Salah satu penyebab munculnya perasaan galau dalam hati adalah terselubungnya cahaya hati oleh dosa. Dosa yang menyelubungi hati tersebut dijadikan kendaraan oleh syaitan untuk mempermaikan perasaan seseorang maka jadialah ia galau.
Bayak orang saat dilanda penyakit galau mencari obat dengan mendatangi tempat-tempat yang mereka anggap menarik, menonton tanyangan favoritnya atau berbagai kegiatan yang lain yang dianggapnya menarik dan berharap dapat mengobati penyakitnya namun usaha mereka teradang tidak sepenuhnya berhasil. Dan penyakit galaunya tidak benar-benar sembuh.
Bagi kita sebagai seorang ikhwa atau akahwat yang memahami bahwa galau  merupakan penyakit yang melanda hati tentunya sadar ia pun harus diobati dengan obat hati. Rasulullah shallalahu alaihi wasalam dalam sebuah kesempatan masuk mesjid dan melihat sabatnya Abu umamah sedang duduk dalam mesjid. Beliau pun lantas bertanya kepadanya  ‘gerangan apa yang membuat engaku duduk di mesjid diluar waktu shalat?’. ‘ karena kegalauan yang melanda hatiku dan karena utang-utangku wahai Rasulullah’. Jawab Abu umamah. Bila kita ingin berpikir Abu Umamah yang memiliki utang semestinya keluar mencari rezeki  yang dengan rezki itu ia bisa melunasi utang-utangnnya. Tapi karena kegalauan yang melanda hatinya membuat lemah langkahnya dan menghilangkan semangatnya  keluar mencari rezki untuk membayar utang. Rasulullah yang tahu tentang besarnya pengaruh kegalauan pada diri seorang kader dakwah lalu mengajarkan sebuah obat penyakit galau. “Allahumma Inni audzubika minal hammi wal hazn, wa audzubika minal ajzi wak kasal, wa audzu bika minajubni wal bukhl. Wa auzdu bika min galabati daini wa kahri rijal’ ya Allah aku berlindung kepadamu dari perasaan galau dan sedih, dan aku berlindung dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepadamu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepadamu dari lilitan utang dan dominasi manusia. Doa ini dianjurka untuk dibaca pagi dan sore. ‘kemudian aku melakukan perintah tadi’ kata Abu Umamah ‘maka Allah pun menghilangkan rasa galau dari diriku’.
Disurah terakhir dari alquran pun Allah mengajarakn kepada hambanya meminta perlindungan kepadanya dari bisikan was-was syaitan dalam hati sebab bisikan itu merupakan salah satu penyebab menculnya kegalauan.
Alquran sendiri kata Allah adalah obat bagi oenyakit yang melanda hati ‘;Syifa lima fi sudur’ dengan membaca alquran secara sungguh-sungguh dan benar akan menghilangkan kabut penyebab tibulnya kegalauan dalam hati.
Para ulama dan salafussalah ketika dilanda galau mereka mendati majelis-majelis ilmu karenamereka tahu disana ada obat bagi penyakit yang melandanya. Sebagaiman janji Rasulullah bahwa tidaklah berkumpul beberapa orang dalam sebuah perkumpulan. Mereka membaca kitab Allah dan saling mengajar satu sama lain kecuali diturunkan kepada mereka kebahgiaan dan diliputi oleh rahmat Allah dan dinaungi oleh para Malaikat-malaikat dan mereka disebut-sebut oleh Allah disisi mahluk yang mengelilinginya. Kesadaran inilah yang mendorong mereka menghadiri majelis ilmu atau tempat-tempat kajian dan pengajian.
Hal ini pula mestinya menjadi contoh bagi kita dalam mencari penawar kegalauan.  memancang juhud guna menghadiri tempat kajian kita bukan justru menghidarinya dan alpha. Atau mencari-cari alas an untuk tidak hadir. Sebab samakin jauh seorang menghidar dari tempat kajian islam yang menyediakan obat penawar maka semakin jauh pula ia dengan kesembuhan dari penyakitnya. Berjumpa dengan ikhwa-ikhwa kita sendiri merupakan obat yang manjur penyakit galua. 
Bagi kita ikhwa atau akhwat yang ikut memikul baban dakwan telah megetahui tempat yang menyediakan obat bagi penyakit ini. saat penyakit berbaya ini melanda segeralah mendatangi tempat tersebut untuk mendapat pengobatan. Jangan biarkan ia sampai berlarut-larut dan meyita bayak waktu kerja kita. Bukankah kewajiban yang harus ditunaikan lebih  banyak dari waktu yang kita miliki?? 

oleh : Ibnu Zein



No comments:

Post a Comment