Cyprus adalah sebuah pulau yang
tidak terlalu besar di Laut Tengah (Mediterrania). Pulau ini oleh legenda
dianggap sebagai tempat kelahiran Aphrodite, dewi kecantikan Yunani Kuno. Ia
terletak di selatan Turki dan di sebelah barat Syam (Palestina-Libanon-Suriah-Yordania).
Pulau ini memiliki sejarah yang panjang, menjadi bagian dari kerajaan-kerajaan
kuat di sekitarnya, dan sejak tahun 1960 menjadi sebuah negara yang berdiri
sendiri.
Jumlah penduduknya hanya sekitar
satu juta orang. Mayoritasnya keturunan Yunani dan beragama Kristen Ortodoks.
Agama Kristen memang telah berkembang lama di pulau ini.
Barnabas, generasi awal pengikut
Nabi Isa as. yang dikatakan sebagai penulis Injil Barnabas, berasal dari pulau
ini. Ia menyampaikan dakwahnya di pulau ini dan mati terbunuh juga di pulau
ini.
Jika mendengar nama pulau ini,
kita mungkin tidak membayangkan pulau ini memiliki komunitas Muslim. Namun
kenyataannya, pulau yang disebut dalam literatur Arab sebagai Jazirah Qubrus
ini memiliki komunitas Muslim yang cukup signifikan pengaruhnya. Islam
merupakan agama kedua terbesar di pulau ini. Walaupun jumlah kaum Muslimin di
pulau ini hanya sekitar 18%, komunitas yang hampir seluruhnya berasal dari ras
Turki ini punya pengaruh lebih besar dari apa yang ditampakkan oleh persentasenya.
Sebenarnya pulau ini sempat berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani selama
lebih dari tiga abad, yaitu sejak 1571 hingga 1878 atau 1914. Dan Turki masih
memainkan pengaruhnya di Cyprus hingga sekarang ini.
Hala Sultan Tekke
Islam telah mulai masuk ke pulau
ini sejak awal sekali. Beberapa sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam.
telah berlayar ke pulau ini dalam satu misi jihad. Bukan saja mereka telah
menapakkan kakinya di pulau ini, bahkan seorang sahabiyah yang mulia telah
dimakamkan di pulau ini. Ya, sahabiyah ini bernama Ummu Haram binti Milhan ra.
Beliau telah diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam. menyertai
pelayaran tersebut. Beliau ternyata ditakdirkan meninggal dunia di pulau Cyprus
dan dimakamkan di sana.
Ummu Haram merupakan saudari Ummu
Sulaim ra dan bibi Anas bin Malik ra. Beliau dan saudarinya termasuk
wanita-wanita Anshar yang pertama kali masuk Islam dan memiliki kedudukan
terhormat di sisi Nabi. Suami dan anaknya menyertai Perang Badar dan termasuk
yang mati syahid pada pertempuran itu. Kemudian ia menikah lagi dengan seorang
sahabat Anshar, yaitu Ubadah bin Syamit ra., dan mempunyai anak darinya yang
bernama Muhammad bin Ubadah (Ghadanfar, 2001: 185).
Pada suatu kesempatan, Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wassalam berkunjung ke rumahnya di Quba’. Beliau tertidur
dan ketika terbangun beliau tersenyum. “Apa yang membuat Anda tersenyum, wahai
Rasulullah?” tanya Ummu Haram. “Sebagian dari ummatku ditampakkan kepadaku
(melalui mimpi) sebagai orang-orang yang berjuang di jalan Allah di atas
lautan,” jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam. “Mereka seperti raja-raja di
atas singasananya.” Maka Ummu Haram pun berkata, “Wahai Rasulullah, mohonlah
kepada Allah agar saya termasuk salah satu di antara mereka.” Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wassalam pun mendoakannya.
Kemudian beliau tertidur lagi,
kemudian terbangun dan tersenyum. “Apa yang membuat anda tersenyum, wahai
Rasulullah?” tanya Ummu Haram lagi. “Sebagian dari pengikutku ditampakkan
kepadaku sebagai pejuang di jalan Allah,” Nabi menceritakan hal yang sama
dengan mimpi sebelumnya. “Wahai Rasulullah, doakanlah agar saya pun termasuk di
dalamnya,” pinta Ummu Haram. “Kamu termasuk dalam kumpulan yang pertama, bukan
kumpulan yang kedua,” jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam. (kisah ini
disebutkan di dalam Sahih Bukhari).
Apa yang disebutkan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wassalam itu terjadi pada tahun 28 H/ 649 M, pada masa
kekhalifahan Utsman bin Affan ra. Ketika itu Muawiyyah bin Abi Sufyan atas
persetujuan khalifah menyiapkan kapal dan pasukan untuk menaklukkan Pulau
Cyprus yang ketika itu berada di bawah kekuasaan Byzantium. Ubadah bin Syamit
dan istrinya, Ummu Haram, yang usianya ketika itu sudah cukup tua ikut
menyertai pasukan tersebut. Ini merupakan angkatan pertama pasukan Muslim yang
melakukan perjalanan jihad melalui laut. Pasukan ini mendarat di kota Larnaca,
di bagian selatan pulau Cyprus.
Menurut Ibnu Katsir dalam
Al-Bidayah wan Nihayah (2002: 368-9), walaupun pasukan Muslim mendapatkan
banyak pampasan dan tawanan perang, pertempuran berakhir dengan perjanjian
damai oleh kedua belah pihak. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Cyprus akan
membayar upeti tahunan sebanyak 7000 dinar kepada kaum Muslimin.
Setelah mengalahkan musuh dan
pasukan Muslim bersiap untuk pulang, Ummu Haram mengalami kecelakaan. Ia
terjatuh dari baghal (hewan hasil kawin silang antara kuda dan keledai) yang
dikendarainya. Leher beliau patah dan beliau pun meninggal dunia disebabkan
kejadian itu. Jenazah Ummu Haram kemudian dimakamkan di tepi danau garam,
sekitar lima kilometer dari kota Larnaca.
Belakangan kerajaan Turki Utsmani
menghormati makam ini dengan membangun sebuah masjid di sebelahnya. Kompleks
makam ini kemudian dikenal sebagai Hala Sultan Tekke (Mirbagheri, 2010: 98).
Menurut The Blue Beret (June
2003: 8-9), bulletin bulanan yang dikeluarkan oleh pasukan perdamaian PBB di
Cyprus, Tekke bermakna biara atau tempat ibadah yang dalam konteks Islam
biasanya dikaitkan dengan masjid atau makam. Hala Sultan bermakna bibi dari
dari seorang pemimpin atau sultan. Sebutan ini tampaknya mengacu pada anggapan
umum bahwa Ummu Haram merupakan bibi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam,
walaupun sebutan bibi ini sebenarnya lebih bersifat majaz (perumpaan), bukan
bibi yang menjadikannya mahram kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.
Tempat ini banyak dikunjungi oleh
para peziarah. Belakangan, ada beberapa makam lain yang juga berlokasi di
tempat ini. Di antara yang dimakamkan di tempat ini adalah Khadijah, istri Raja
Hussein dari Hijaz, atau buyut dari Raja Abdullah dari Yordan. Khadijah
merupakan keturunan Turki. Ia meninggal saat berkunjung ke pulau ini pada tahun
1929 dan dimakamkan di kompleks Hala Sultan Tekke.
Masjid di kompleks ini sempat
beberapa kali diserang oleh orang-orang tak bertanggung jawab sehingga merusak
beberapa bagiannya. Namun secara umum, situs yang masuk dalam daftar monumen
kuno ini berada dalam keadaan yang baik dan terjaga. Semoga ia tetap
terpelihara dan terus menjadi simbol penting penyebaran nilai-nilai Islam.
Sebagai penutup, biarlah saya
mengutip gambaran tentang kompleks makam ini dari bulletin The Blue Beret: Tak
jauh dari bandara Larnaca, dikelilingi oleh sebuah oase yang terdiri dari
pohon-pohon palem, zaitun dan cemara, menara dan sebuah bangunan berkubah kecil
menyembul keluar. Pada musim-musim penghujan, masjid dan pohon-pohon itu
membentuk citra ganda, karena danau Garam Larnaca memantulkan suasana. Saat air
danau menguap, menara itu berkilauan diterpa uap panas yang keluar dari hamparan datar kristal garam putih yang
tertinggal.
Makam Hala Sultan atau Ummu Haram
terbentang di sana, di tepian Larnaca, Cyprus, sebagai saksi kecintaan pada
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam dan semangat berjihad di jalan-Nya. Semoga
kita yang hidup berpuluh generasi setelahnya tak ketinggalan dalam mengambil
pelajaran dan contoh dari kehidupan beliau.
*/Kuala Lumpur, 21 Jumadil Awwal 1434/ 2 April 2013
*/Kuala Lumpur, 21 Jumadil Awwal 1434/ 2 April 2013
Oleh: Alwi Alatas
Penulis adalah kandidat doktor
bidang Sejarah di IIUM yang juga penulis buku “Nuruddin Zanki dan Perang Salib
Daftar Pustaka:
Ghadanfar, Mahmood Ahmad. Great
Women of Islam: Who were Given the Good News of Paradise. Riyadh: Darussalam.
2001.
Ibnu Katsir. Al-Bidayah Wan
Nihayah: Masa Khulafa’ur Rasyidin. Jakarta: Darul Haq. 2004.
Mirbagheri, Farid. Historical
Dictionary of Cyprus. Lanham: The Scarecrow Press. 2010.
The Blue Beret. Cyprus: United
Nations Peacekeeping Force in Cyprus. Juni 2003.
No comments:
Post a Comment