Monday 1 April 2013

Sayyid Qutb





Tali gantungan telah memisahkan  roh dan jasadnya. Hari itu tepat pagi Senin 13 Jumadil awal 1386 H (29 Agustus 1966). Bersama dua teman seperjuangannya Sayyid Qutb dengan bangga menghadap Tuhannya. Sejak saat itu, Suara Sayyid Qutb tak lagi terdengar, Penjara sekaligus kamar tidurnya seketika lengang. Sipir yang menjaganya pun tak bisa lagi melihatnya, Ia pergi tidak untuk kembali. Kepergiannya menyisakan isak dan air mata bagi Muslim sedunia. 

Secara fisik ia tak lagi tampil sebagai pejuang. Tapi sejatinya ia tetap bersama dengan para pejuang, terus mendampingi perjuagan umat islam sedunia untuk mengembalikan Izzah Islam walMuslimin. Bersama perjuagan kaum muslimin Ia meninggalkan karya fonumenal pendamping perjuangan. Tafsir fi zilalil Quran, Maalim fi Tariq dan lain-lain. Lembaran itulah yang menggatikan kehadiran beliau dalam perjuangan panjang ini. Umur Sayyid Qutb tidak panjang dalam sejarah perjuagannya tapi penggati dirinya miliki umur yang lebih panjang melampaui berbagai generasi. Tafsir yang ia tulis saat mendekam dalam penjara tiran telah mampu membentuk karakter pemuda menjadi pejuang-pejuang ulung yang siap berkorban untuk agamnya.
Darinya kita bisa belajar bahwa keterbatasan ruang gerak bukan hambatan untuk berkarya. Dan karya terbaik adalah yang dipersembahkan untuk kemaslahatan umat maunisia. Sayyid Qutub, raganya telah tiada namun di hati ummat ia tetap hidup bersama kita dengan karya tulisnya.  

No comments:

Post a Comment